Halaman

OMG, I’ve Got an Award!



Akhirrnyyyyaaaaaaaaa.....
Akhirrnyyyyaaaaaaaaa.....
Akhirrnyyyyaaaaaaaaa.....
(Akhirnya apaan sih?????)
Setelah tiga tahun usia blog ini, akhirnya ada juga yang ngasih saya award!! *Jingkrak-jingkrak guling-guling tanah*.
Hihi, silahkan ayo bilang saya lebay... gitu aja mpe tayammum sekujur badan!
Yeee, biarin! Bagi para blogger yang udah malang melintang vertikal horizontal di dunia perbloggeran, mungkin dapet award kayak gini udah biasa kali ya.. bahkan saat saya blogwalking, saya sering nemuin satu blog dapet banyak award. Sedangkan saya sekali aja belum pernah dapet.

Rindu

Kukatakan padamu,
Rindu bukan sengat lebah
Tapi sesap lintah
Akan terus mengisap darahmu
Hingga kau selalu ingin datang padaku meminta darah baru...

(27 February 2011, 02.45 AM)

Pssttt,, Jangan Beritahu Ibu!!!

Suatu siang yang terik saat itu
Di pasar kumal yang lima tahun kemudian berubah jadi megah
Ayah bercakap dengan seorang penjual
Sesekali menunjuk deretan kompor minyak yang berjajar di depan toko
Ayah menyuruhku memilih warna
Jari telunjukku menuding si biru
Ayah setuju, menyodorkan selembar lima ribu
Lalu segera beranjak, menenteng bungkusan kompor pilihanku
Di atas motor merah bututnya ia berbisik,
“Kalau ditanya ibu, bilang tiga ribu ya...”
***
Ayah suka sekali dengan bunga
Dan rajin membeli pot bunga di perbatasan kota kami
Di atas motor tuanya aku selalu kebagian mengapit pot baru itu
Di tengah-tengah, antara aku dan ayah
“Pssst... Yang ini seribu lima ratus saja..”
Aku mengangguk
Meremas nota seharga dua ribu dari si penjual bunga
Lalu melemparnya ke jalan
***
Tahu makanan kesukaan kami?
Nasi pecel!
Kadang-kadang ayah membawaku ke warung nasi pecel langganannya
Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan saat bertemu ibu di rumah nanti
“Nanti di rumah kita makan lagi ya...”, kata ayah

Handphone

(Akhir 2000)

ada aku, ayah, dan ibu..
seperti biasa dari ruang tamu ayah memandang halaman rumah
entah memikirkan apa
“Enak ya punya handphone..”
Ibuku meringis
Aku melongo
Aku tahu saat itu handphone masih barang langka, mirip alien barangkali
Tapi beberapa relasi ayah memilikinya
“Ya, praktis aja gitu... tinggal menaruhnya di saku”
Oh, entah berapa juta harga handphone saat itu
Sunyi
Kami diam
mungkin ayah segera membandingkan harga handphone dengan gaji bulanannya yang tak seberapa,
gaji seorang guru honorer biasa,
tak ada sertifikasi, dana fungsional, APBD, APBN dan tetek bengeknya
Di slip gaji yang tak sengaja kubaca:
‘Gaji Bulan November 2000: sembilan puluh delapan ribu...’


Menungguiku

(1995-1998)

Sebentar saja setumpuk rokok berbagai merk sudah memenuhi laci kamar ayah
Beberapa teman memberinya
Dan seperti biasa ayah menyuruhku membawa rokok-rokok itu ke Warung Bu Atminah
“Ya Ayah... Tapi tunggui aku di luar..”
Ayah mengangguk
Ia tahu aku selalu ketakutan pada keranda yang diletakkan di dekat rumah kami...
Tak perlu banyak penjelasan, aku menyerahkan rokok-rokok titipan ayah pada Bu Atminah
Penjual baik hati itu menggantinya dengan beberapa lembar uang
Lalu aku segera berjalan pulang menyisir gelap malam
Oh, ayah tak ada...
Ayah ke mana?
Ayah tak nampak di tempat duduk beton depan rumah seperti biasanya saat menungguku pulang
Ayah jahat, tak menungguiku!!!!
Aku terisak lari ke dalam rumah
Diiringi pikiran ganjil tentang keranda jahat
Di depan pintu langkahku terhenti
Ayah menyambut di ruang tamu, melihat wajah manyunku
Ia tersenyum, lalu tertawa mengelus rambut ikalku


Terakhir

(19 Januari 2002)

katanya ayah mau menjemputku
aku bosan mengendap di rumah nenek dengan segala tetek bengeknya
aku rindu rumah
walau aku tahu tak ada yang bisa kuajak bicara di sana
tak biasa-biasanya pula ayah bilang mau menjemputku
aku hampir enambelas tahun
biasanya pun akrab dengan bus kota
aku menunggu, tapi ayah tak kunjung datang
aku lelah menunggu
akhirnya aku kembali bertemu bus kota
melewati liarnya terminal Pati yang memuakkan
katanya ayah sedang tak enak badan
tapi ku lihat ayah baik-baik saja
aku heran kenapa siang itu aku membicarakan pelajaran-pelajaran di sekolah
tentang ini...tentang itu..
aku suka diajar ini...aku benci diajar itu...
ayahku mendengar dengan penuh perhatian
bagaimana bisa???
padahal semenjak SMP, raporku pun ayah jarang menyentuhnya
“Jadilah ahli mantiq, In....” sepenggal kalimat itu meluncur dari bibirnya
entah pesan, entah dorongan, entah apa.....
yang jelas setelah itu aku tak pernah lagi melihatnya berbicara
alam telah merentangkan jarak begitu jauhnya



British

(pertengahan 1998-akhir 2001)
Pada masanya aku sangat tergila-gila dengan suatu bahasa; Inggris
saat hari pertama aku tahu tentang ei bi si dan tobe
aku berjanji untuk bisa
dan aku memang bisa
aku menunjukkan pada ayah bahwa aku berbakat
dan aku punya segudang niat
aku menyanyikan lagu-lagu Boyzone, Britney dan Westlife
aku rindu pulang ke rumah untuk sekedar memutar acara MTV
ouw,,, suatu siang yang iseng,,,
ayah menawariku untuk membeli kaset lagu barat; kaset berbahasa Inggris
aku terdiam, tidak mengangguk
ternyata aku justru menggeleng
entahlah, saat itu aku begitu terkejut
aku tak berfikir akan mendapat dukungan darinya
hanya sekejap hari itu
dan aku masih tergila-gila
masih pada lagu-lagu yang menyertakan lirik-lirik bahasa itu
makin tergila-gila hingga aku hampir tak tahu lagi lagu-lagu dari Indonesiaku
oh, kegilaanku menjalar...
sekarang aku juga gila pada sosok-sosok bersuara merdu
yang mendengingkan suaranya dari pita kaset berbahasa itu
aku mulai menempel gambar sosok itu di dinding
rajin mencari kliping
tampaknya ayah mulai muak
hari-hari selanjutnya pun semakin muak
tak ada tawaran untuk sebuah kaset berbahasa Inggris lagi
aku tetap memutar dan menyimak deru irama lagu bahasa itu di kamar
lalu pada suatu malam ayah mendobrak pintu kamarku
sedetik kemudian radioku sunyi
ayah 'membunuh'nya

Kerudung

(last 1992)

hari ini aku mulai sekolah siang hari..
masuk kelas dua
pertama kalinya aku merasa cantik dengan balutan kerudung hijau transparan
(hmmm...aku lupa siapa yang memberinya untukku)
aku berteriak-teriak tak sabar
mengajak ayah segera pergi ke sekolah
ayah tampak tenang tak menghiraukan ucapan gadis kecilnya
mungkin aku terlalu berlebihan
apalagi aku juga terlalu kecil
sambil menunggu, dalam hati aku tak siap menerimanya sebagai salah satu guru di sekolahku
tapi itu takdir
aku duduk di deretan terdepan
aku bangga
aku tak sabar
menanti kata apa yang akan keluar dari mulut ayahku,guru di kelas itu..
“Besok kalian kalo sekolah jangan pakai kerudung seperti itu,”, sambil menunjuk mukaku
yang tepat berada di depannya
seisi kelas memandangku, sepertinya mereka tersenyum-senyum mengejekku
aku masih kecil,
tapi saat itu aku ingin sekali di telan bumi
aku tak merasa cantik lagi


Ketiduran

(about 1993-1998)

deru motor tua itu sudah mendarah daging di telingaku
oh,, katanya ayah tadi pergi ke kota
entah mencari apa aku tak peduli
tak mau tahu
mataku berpendar mencari seonggok bungkusan
biasanya tersimpan di kresek hitam
ah.......itu dia!!!
Majalah Bobo Bekas yang dibeli dari Pasar Kliwon
jumlahnya sepuluh, seperti biasanya
aku tahu ayah tak pernah lupa
segera aku aku larut, kata demi kata, kalimat demi kalimat dari lembar-lembar itu
aku memesrai tulisan-tulisan dari kertas-kertas setengah kumal
sampai aku terlelap
jatuh ke pelukan malam
lalu setengah terjaga aku menyadari
tubuh kekar itu menggotongku ke tempat tidur yang selayaknya


Travelling

(about 1994-2002)

entah sudah berapa kali kami pergi; hanya aku dan ayah
ayah selalu senang mengajakku untuk menemaninya
beramai-ramai dengan teman-temannya
berhari-hari di jalanan
menghitung ruas-ruas jalan
ah,,,aku paling suka pemandangan pantai
sayang kami hanya melewatinya
aku memandang dari jendela bus dengan penuh keinginan
hmmm,,,tak apalah....
toh ayah masih punya tempat-tempat indah untuk diperlihatkan padaku
ya, ayah selalu menjanjikan tempat-tempat indah untuk di kunjungi
dan ia tak pernah bohong
terakhir kita pergi berkeliling lagi, ke Jakarta
ayah berkali-kali minta difoto
ayah memang suka difoto
atau pemandangan masjid Istiqlal dan gereja Kartedral memang sayang untuk dilewatkan
kameraku penuh dengan foto ayah


Sedang Krisis

(last 1997)

Adikku ingin susu, susu berkalsium yang sering ku lihat di iklan-iklan
produk susu yang katanya bisa menambah tinggi badan
sebenarnya adikku tak terlalu tertarik dengan produk itu
ya,,,ia masih terlalu kecil untuk berkeinginan macam-macam
aku yang tertarik
ayah membawa kami ke sebuah apotik
menanyakan produk susu itu dan harganya
harganya hampir dua puluh ribu
ayah diam lalu duduk di bangku ruang apotik
ia tak bilang apa-apa tentang suatu masalah
ia mulai menghitung lembar-lembar ribuan yang dimilikinya
aku langsung tahu, uang ayah tak cukup untuk membeli produk susu yang kami inginkan
lalu ia membujuk adikku untuk membeli susu kaleng saja yang jauh lebih murah
dalam hati aku agak kesal
aku meracuni otak adikku, menyuruhnya tetap meminta produk susu itu
adikku pun tunduk padaku
ia merengek
aku merasa menang
aku tak peduli dari mana nanti ayah akan mendapatkan tambahan uang
ku pikir bisa berhutang
yang penting produk susu itu bisa kudapatkan
tapi ayah masih membujuk adikku dengan sabar
adikku diam
akupun jadi diam
akhirnya kami pulang membawa susu kaleng
aku tidak terlalu kecewa


Baju Baru

(menjelang lebaran 1992)

ayah tetap seorang ayah
ia tetap seorang lelaki
yang tak punya selera bagus untuk baju anak perempuannya
meskipun....
setiap pulang dari tugasnya yang jauh
ayah hampir selalu membelikanku baju
dan aku selalu menyukainya
tak peduli bagaimanapun bentuk dan polanya..
saat menjelang lebaran aku di bawa ke toko baju ternama
aku bingung banyak sekali baju bagus
aku tak bisa memilih
ayah dan ibu berebut memilihkan untukku
pilihan ibu bagus-bagus, rok mungil sutera warna salem mengkilat dengan rumbai menyamping
aku diam dan menggeleng
kubayangkan itu rumbai itu seperti rumbai yang dipakai artis Elvi Sukaesih
walau hatiku mengiyakan; itu bagus
ayah mengambil baju hijau broklat
ibu menawariku baju dengan motif yang sama seperti pilihan ayah, dengan warna yang berbeda, warna biru
aku tahu warna pilihan ibu lebih bagus
tapi aku menyetujui baju yang dipilih ayah
aku tak tahu alasannya
(note: Baju itu kini dipakai keponakanku, Zair)


Rangking 1

(about 1993-1998)

ketakutan dan kekhawatiranku hampir selalu muncul saat menjelang terima rapor
aku takut hanya mendapat rangking 2
aku takut mengecewakan ayah
walau ayah tak pernah akan marah
hanya sedikit memprotesku
apa ayah bangga aku bisa nomer satu?
lalu keuntungan apa yang bisa didapat jika aku jadi yang terbaik di kelasku?
tak ada kompensasi materi
tak ada penghargaan dari sekolah
tak ada uang yang diperoleh seperti anak-anak yang ayahnya kerja di pabrik rokok
tapi ayah selalu memberiku hadiah
ia akan mengajakku ke mall matahari
bagiku itu hadiah yang sangat istimewa
walau nanti kami tidak membeli banyak barang dari sana
uangnya tidak cukup
tapi aku tetap senang



Perangko

(1999)

hobiku beralih lagi
kali ini aku memilih mengumpulkan warna-warni perangko
tampaknya indah dan lucu-lucu, kelihatannya begitu
oh,,aku juga terprovokasi saudara sepupuku yang lebih dulu menyukai itu
lalu aku bertemu dengan seorang sahabat yang berminat sama
aku mulai memburu
kantor pos kujelajahi
lembar-lembar surat usang kubiarkan menjadi cacat tanpa perangko
aku 'menodong' sana-sini
benda-benda mungil itu dengan cepat tersimpan di kotak harta karunku
ayahku ikut-ikutan
ia membongkar isi lemari tua yang penuh dengan tumpukan buku-buku usang kecoklatan
ia mengambil kardus rapuh dari dalamnya
penuh buku
penuh kertas
penuh debu
penuh kartu pos!!!!!
ada berjuta perangko di sana!!!!!
mendadak aku seperti buaya kelaparan yang menemukan rusa gemuk

Terlambat Pulang

(about 1995-1998)

Ayah tak bilang apa-apa
hanya mengunciku di luar ketika aku pulang lewat jam sembilan malam
padahal dari luar rumah aku tahu televisi di ruang tengah masih menyala
ayah masih menontonnya, atau mungkin menungguku yang pasti pulang
walau di waktu yang tak tahu aturan; menurut ayahku
aku mengetuk pintu depan, tak ada jawaban
aku merasa di buang
aku mengetuk pintu samping
perlahan ayah membuka pintu
ia tak mau menatapku
aku takut........
tapi aku mengulangi di malam berikutnya
lagi... dan lagi...
wajah ayah selalu dingin



Aku dan Ayah


aku anak ayah yang paling bangga menjadi anak ayah
walau tubuhku tidak tinggi besar sepertinya
walau hidungku tak mewarisi hidung mancungnya
walau aku tak selembut dia
walau aku tak sesabar dia
walau aku tak sepintar dia
aku hanya mewarisi golongan darahnya
aku hanya mewarisi kecintaannya pada kucing-kucing, yang selalu dipeluk dan diciuminya
aku hanya mewarisi kesukaannya pada kamera, dan selalu ingin difoto
aku hanya mewarisi kegemarannya pada makanan bernama pisang goreng dan kacang
tak ada ayah seperti ayah dalam hidupku
kadang berlaku dingin
sering pula bersikap hangat
ayah hampir selalu pulang membawakan aku kejutan
walau aku tidak pernah meminta
ia tahu aku selalu menyambutnya dengan senyum yang sebenarnya
aku: anak ayah yang paling bangga dengannya

Tentang Ombak

Ombak adalah air, air selalu bermuara ke laut, dan laut tetap setia pada ombaknya...

Sedangkan laut dan ombak adalah teman pantai, di mana suatu hari kami pernah berada dan melakukan sesuatu dengan mereka; laut dan ombak... 

1. Menjemput Ombak

  

Seadanya

Suatu sore yang sudah terjadwal,

Di depan mejaku sudah tersedia sebakul penuh nasi putih, semangkuk sayur asam, ikan bandeng dan tempe goreng, secobek sambal terasi, setoples krupuk dan segelas teh hangat.

Dan seperti biasa, aku selalu tak kuasa untuk menolak. Pak Badrin akan segera menampakkan raut muka kecewa seperti saat pertama kali aku menolak sajian makanan yang sudah disiapkannya.

Ya, seharusnya beliau tak perlu repot-repot menyiapkan makanan untukku, toh sebagai mahasiswa KKN yang rutin bertugas di Dukuh Pak Badrin seminggu dua kali, sebelum berangkat aku sudah mengisi perutku dengan aneka menu masakan Bu Lurah.

Tapi itulah Pak Badrin. Ia tetap memaksa.

“Seadanya kok, Mas...”
_________________________

Suatu sore yang tidak terjadwal,

Pak Badrin tergopoh-gopoh menghampiriku, tak menyangka aku datang mendadak.

Kuintip dari balik korden yang sedikit terbuka; Sebakul nasi jagung dan setoples krupuk....


Si Mual-mual Itu Datang Lagi...

Jangan berpikiran positif dahulu sodara-sodara.... Jangan mengira saya mau ngasih kabar gembira kalo saya ini lagi hamil muda.. *eh ngaco, itu mah namanya musibah ya!*


Saya mau cerita niy...*hyak hayo duduk yang manis tangan dilipet bersiap mendengarkan* Judul ceritanya adalah tentang si MUAL-MUAL. Yeah, Udah lama saya gak digelayutin lagi sama si syndrom mual-mual ini. Jadi begini lho, saya itu punya kebiasaan mual mendadak dengan alasan yang rada-rada gak masuk akal, terutama pada pagi hari, saat matahari lagi genit-genitnya ngintipin dunia fana ini.


Gimana tho ceritanya????


Begini.. *Lah begini lagi*. Duluuuuuu.....waktu saya masih berstatus mahasiswa semester tuwir nan udzur, saya kejatohan syndrom aneh yang tanpa sengaja ditularkan oleh salah satu teman saya yang paling imut bin kecut: Si Nisa. Waktu itu, saya lagi seneng-senengnya nginep di kosnya. Yang paling saya seneng dari kosnya Si Nisa ini adalah bak mandinya yang selebar kolam renang tapi bisa bikin klelep karena ukuran kedalemannya juga gak nanggung-nanggung: sedalem lubang buaya..!!!! (hahaha...yakin sumpah saya gak lagi berhiperbola niy!!!) Dan karena kamarnya si Nisa ini deket kamar mandi, otomatis saya selalu bisa menguping dendang syahdu ala Julia Perez-nya si Nisa dari kamar mandi.


Suatu hari, di sela gebyar-gebyur bin kecipak-kecipik ala anak itik dan di sela-sela kenyaman saya yang masih tidur-tidur ayam, sayup-sayup saya mendengar suara yang menyayat kalbu. Bunyinya kayak gini nih kira-kira: “HOEKKKKKKK.... HOWEEEEEKKKK.... HOOOOOKKKK... UWEEEKKKK>>>> CuicHHHHH!!!!!”


Saya di Mata Mereka




Tumben ini hari sepi bin nyenyet banget. Gak ada cuap dan lagu sendu (baca: mewek) anak-anak kecil yang biasanya meramaikan dunia saya. Ahaha, hya iyalah... hari ini kan libur Maulid Nabi. Semua pasti pada duduk cantik di rumah, termasuk saya. Hmmm, saya???? Gak juga! Hari libur mah jatahnya bergegas jadi (calon) ibu rumah tangga yang baik. Ya masak, nyuci ini nyuci itu, nyapu sono ngepel sini, lap-lap, ngurusin daun-daun yang pada terkapar di halaman (gak tau ni buanyak banget daun yang pada jatoh.. apa musim gugur lagi nyasar di kampung saya ya????), dan kawan-kawannya.... haha, bakat jadi pembokat yea! Xixix...
Setelah tugas ibu rumah tangga yang maha mulia itu udah nyampe garis finish, saya langsung teringat kalo saya belum ngrekap hasil interview jarak jauh via jempol alias sms dengan teman-teman terbaik saya sepanjang masa.. Kiss dulu donk.. emmmuachhh,,,emmmuuaaaachhh.... Croootttttt!!!!! Hyaik!
Well, saya ceritain dech. Kemarin saat jempol lagi gatel pengen es-em-es-an say hai hai tapi gak tau mau say hai apa lagi coz udah kebanyakan kirim say hai yang gak penting-penting ke inbox temen-temen, bahkan nyampe pernah dua kali kena damprat istri-istri teman saya, (ilfeeel banget kalo inget, emang gaya sms saya kayak mau ngrebut suaminya apa ya???? padahal suaminya itu kan temen sekolah saya. Dan pada akhirnya saya harus pamerin kalo saya udah punya ‘suami’ yang jauuuuuhhhh lebih oke ketimbang si temanku yang kini jadi suami para wanita yang ngedamprat saya... ahaha *hiperbola* Ih ngomong apa nih saya malah nglantur).... Akhirnya saya putusin aja buat ngirim sms bertema “SAYA DI MATA MEREKA”.
Kalo secara fisik udah jelas dan gak perlu ditanya lagi kali ya. Saya di mata orang-orang di seluruh dunia yach pasti ceper, hidung pesek, pipi gembil, item, tapi cantik.... Wehehe. Nahnoh, yang saya maksud adalah bagaimana pendapat mereka tentang saya?? Apa yang paling mereka ingat dari saya??
Dari sekian juta ribu teman yang saya kenal, saya sortir aja beberapa teman yang saya anggap memiliki kedekatan dan hubungan khusus sama saya (haha, bahasanya kaya bahasa orang lagi kena affair ni...). Pertimbangannya adalah, mereka yang sudah cukup lama kenal sama saya, pernah mengalami suatu masa saat diharuskan ketemu muka saya yang cantik nan imut-imut ini setiap hari setiap malam, pernah liat saya bobok ngiler, pernah ngeloni saya (yang ini bukan buat yang cowok lhooo), selalu rajin SMSan dan ngluyar-ngluyur sama saya, dan udah kebal banget dengan tingkah laku saya yang maha nyebelin. Hahahaha!!!!!
Setelah sesorean hape meraung-raung dan berpuluh sms berebutan nyesekin inbox hape, akhirnya terkumpullah 22 deklarasi tentang saya di mata teman-teman tercinta... Apa kata mereka tentang saya ya??? Cekidot yuukkkk!!!!

Ibu Guru Naksir Kamu

“Bu, saya semalam baru putus dari Dian!”

(Yes! Memang itulah yang harus kamu lakukan)

“Lho, kok bisa?”
“Saya rasa Dian sudah terlalu banyak ngatur hidup saya..”
“Ya baguslah, pacar seperti itu memang bisa menghambat langkahmu..”
“Kalo si Ira anak kelas XC cocok nggak bu sama saya?”

(Shit!)

“Kelihatannya dia agak matre..”
“Si Vina???”
“Anaknya agak sombong..”
“Lha, trus?”
“Nanti ibu pilihkan yang baik, mau?”
“Ibu kok perhatian banget sama saya?”
“Emm, karena kamu mirip banget sama anak ibu, yang meninggal di usia yang sama denganmu.”

(Bukan! Ibu sudah lama naksir kamu, tau!)

Aku Cinta Kamu, Cantik

“Apa aku cantik?”
“Iya dooooong!!!”

“Apa itu yang membuatmu jatuh cinta padaku?”
“Pastilah, Honey....”

“Kenapa aku bisa cantik?”
“Emangnya kenapa?”

“Karena aku kaya!”
“Lho?!”

“Aku bisa seenaknya ngabisin duit buat permak tubuhku yang aslinya biasa-biasa saja, mempercantik wajahku yang sebetulnya sangat standar, dan memancungkan hidung pesekku di meja operasi...”
“Emmm....”

“Kalo aku tidak kaya, pasti aku tidak cantik”
“Eh...”

“Dan kamu pasti tidak cinta aku!”



Cerita KKN

Di hari yang datar-datar aja, di hari yang gak tau mau ngapain karena hujan deras dari subuh mengguyur tiada henti, ditambah gak bisa nonton tipi karena listrik lagi diputus sementara.... Hmm, what a boring day! Untung batere laptop masih full...
Iseng-iseng saya membuka folder foto-foto lama saat masih kuliah. Dan saya menemukan buaaannnyyyyyyaaaakkkk buanget foto-foto waktu KKN di Wonosobo lebih dari setahun yang lalu.
Jadi pengen cerita about KKN niech....!!!
KKN periode saya kebagian jatah di Kota Wonosobo. Brrrr, kota yang cool.... Kayaknya sih saya belum pernah maen-maen ke kota itu sebelumnya (gak tau kalo pas bayi. haha), tapi feeling saya bilang saya bakalan suka kota ini. Dan betul banget, I really love this town from the first sight!
Saya bersama tiga orang teman saya (Fayza, Chamid, Riza) dapat jatah mengabdi (cieee, mengabdi...) di Desa Kalikuning Kecamatan Kalikajar. Lumayan dekat dari kota dan alhamdulillah jalan menuju posko kami udah beraspal mulus. Tapi jangan salah, coz ternyata Desa Kalikuning punya dua dukuh yang terpisah hutan, jurang, sungai dan sawah. Nah, inilah yang harus kami taklukkan. Karena program utama kami adalah Pemberantasan Buta Aksara, maka kami harus rutin tiap hari nyambangi dua dukuh ini. jarak keduanya sih cuma 1-3 kilometer, tapi jalannya boooooo....assoy abiz!!! Kalo motor yang kami tumpangi bisa ngomong, pasti udah nangis!
Selama satu setengah bulan kami stay di posko, ada banyak banget pengalaman yang kami dapet. Mulai dari yang penting banget sampe yang gak penting sama sekali.

Background Foto Wisuda

Just iseng aja nich....
berawal dari pengalaman wisuda saya kemarin...
mau foto-fotoan di tukang foto yang ada background wisuda tapi mahal....
mending nyari foto backgrondnya doang, tyus ditempel deh foto wisuda kita di foto background itu...
jadi lebih irit kan... hehe..



He...maap ga bermaksud njepret orang yang lagi tidur... mau ngebangunin tapi gak enak...

Note: foto-foto ini iseng saya ambil pas acara wisuda ibu saya, jadi maap yach fotonya amatiran,,,

Bau Tanah Sehabis Hujan

Aku rindu bau tanah sehabis hujan
Yang wangi dan renyah
Bau yang dulu sering memenuhi rongga hidungku
Musim hujan di kampung
Di sana ada lekuk dari tetesan yang membekas tipis
Setipis aromanya mengudara

Aku rindu bau tanah sehabis hujan
Yang tak bisa kutemukan di sini
Di ketinggian apartemen,
Di himpitan gedung-gedung,
Di sesaknya mall,
Di jalanan ibukota yang tertutup barisan paving dan aspal yang melekat tebal

Aku rindu bau tanah sehabis hujan
Persis bau tanah di makam ayah
Masih basah...



Mesra tapi Pelit

Sialan!
Suara dua sejoli itu benar-benar berisik; tertawa cekikikan sambil sesekali kulihat mereka saling mencubit hidung. Huh, sok mesra! Aku muak melihatnya. Aku jadi cepat-cepat pengen keluar dari sini. Tapi mangkuk baksoku masih utuh.
Ya, aku muak lihat orang mesra. Aku iri sama mereka! Nggak ada cowok yang mau pacaran sama cewek jelek kayak aku; cewek berkulit gelap, gendut, pendek, jerawatan lagi! Mereka semua menolakku!
Si cewek menarik tisu gulung, mengelap sisa kuah bakso di bibir si cowok.
Mereka beranjak.
“Berapa, Bang?”
“Semuanya dua puluh empat ribu, Mas”
“Bayar sendiri-sendiri aja, Bang....”
Si cowok membuka dompet, Si cewek merogoh tas.

Dihantui Si Kaki Seribu

Yang ini kaki seribu palsu
“Siapa sih Si Kaki Seribu????” 

“Ah, gaya lu Prennn!!! Sok-sok gak kenal sama si kaki seribu.... Itu thu yang makhluk coklat berkaki banyak yang rajin merayap di kebon belakang rumah lu....”


“Ewwww, guwe gak punya kebon! Adanya hutan belantara....!!!!”

(Cerita ngarang, Januari 2011)


%$^$#@$%


“Miss Iin, coba deh pegang....ini mati kok, Miss.....” kata salah satu murid kelas XII SMA tempat saya praktek mengajar. Ia menyodorkan pada saya sebuah benda coklat yang lagi melingker-lingker, tampak tenang, seperti tak bernyawa.


“Kalian ngambil dari kebon belakang asrama sekolah ya?” 


“Ya Miss. dia kan sodara kita Missssss!!!!!!”