Halaman

hetero

pagi ini langkah meminta jatah
kuturuti...
ku tapakkan pada keramaian
saat mentari masih melaksanakan sholat subuh
angin memberitahu tentang bingar di sekeliling
dan bersama kabut pagi yang menipis
memperlihatkanku pada keramaian,pada hetero..
kehirukpikukan dengan berbagai tujuan
mimik-mimik berselancar di mataku
membentuk ensiklopedi tentang ragam manusia
mataku mengajak bibir tuk tersenyum
mungkin untuk manusia dan keadaan itu
selagi langkah masih mau tersaruk-saruk
tak peduli...

hari ini aku sebel!!!!!

hari ini aku sebel!!!
sedih,marah,snoker...
did you know?
pagi tadi aku bangun dengan penuh rencana
but it's over
percuma dan ga ada yang berarti
tadi pagi harusnya aku tak perlu bangun
lalu dengan semangat mengaduk isi kotak 'keramat'
berisi kertas-kertas yang katanya penting
tapi sekarang tampak seperti muntahan
cuma sampah...
yang cuma berebut sesak di lemari
huh...!!!
harusnya banyak hal lain yang harus kukerjakan
harusnya aku baca artikel buat semesteran
harusnya aku nyiapin materi praktek ngajar
harusnya aku sudah sarapan..
tapi birokrat-birokrat itu membodohiku!
kakiku udah terlalu lecet untuk bisa senyum lagi..

pasti bisa

jangan menyesal atas semua kejadian
hingga sesal itu selanjutnya membuatmu terpuruk, rapuh dan hancur
jangan salahkan keputusan yang salah
sampai-sampai kau tak mampu lagi bangkit
dan menantang masa depan

jangan benci pada kebodohan lalu
karena itu adalah bagian dari keping-keping rasa
yang harus kau rasa
hingga kau bisa berkata dan teriak
"inikah rasanya?????"
dengan senyum yang tetap terulas di bibir
walau sebenarnya adalah getir
dan membuatmu ingin mati saja
biarkan saja semua terbang hilang
usang dalam ketiadaan
dan kau bisa kembali menata hati dan berharap
pasti kau bisa.........

inginku

ingin ku dekap mentari,
namun ku kan terbakar
hangus dalam kesia-siaan
ingin ku cumbui senja,
namun pudarnya membuatku menangis saja
aku terlambat!

ingin ku mengais bintang yang terserak
namun terlalu jauh
ya...jauh di sana!
ingin ku ikuti apa yang ku ingin
ku berlari
namun tak terkejar............
ku hanya ingin meneruskan harapan
dan membawanya pergi
walau kini ku masih terdiam di sini

sakaw

wajah-wajah penuh cadas
merongrong dengan sisa nafas yang terkuras
geliat pagi kekeringan
di balik lipatan daun busuk
meliuk lambai dan hangat
tapi embun itu beku
peti mati teronggok
tergembok kata kecewa
lalu...

jika indera tidak untuk merasa
mungkin takkan ada rasa
biar sepi bercinta dalam sunyi
biar bising larut dan teriak
menanti saja pada potongan senja
kesadaran dipaksa terus terjaga
ada yang masih meringkuk di kolong langit
di dasar bumi yang keriput dan pikun
beralas desah susah yang terus meracau
mengacak-acak tatanan
aliran darah kian nian menghitam
terhempas di lorong jalan berdebu
pekat...
dan air mata yang luruh
tak lagi sebening raut pagi
kotor muak muntah
berkerak di sisi jiwa yang kemarau
sampai segenap mata yang telah melebar
sampai jemari yang terulur panjang
hanya sampai pada kematian rasa
lalu muncul tawa-tawa asing
mencemooh yang ceroboh

hilang

hilang, dia lari
hilang, dia sembunyi
hilang, sama saja raib
hilang, bahkan dia mati
menghapus jejak-jejak yang pernah membekas

hilang...
mati atau lari?
mungkin sembunyi?!
di balik topeng-topeng rupawan
berjajar di etalase-etalase toko kelontong

dunia kadang-kadang

dunia penuh cerita kadang-kadang
kadang merasa paling pintar dan tahu segalanya
kadang merasa jadi yang terbodoh
kadang bangga
kadang merasa, segala rasa adalah ketidakberuntungan
dan kesialan

kadang mulut menghujat takdir
bahwa Tuhan tidak adil
persetan dengan hidup ini!
kadang...
menjadi yang terasing diantara kawan
diam...
ramai...
apa kadang itu plin-plan?
berlari kesana-kemari
tanpa jeda

deep blue.....

adalah birunya harap
dalam keping keterbatasan hati
dimana rasa kan hinggap
disitu dia kan lari

saat waktu masih mampu mengantar
hati yang berkejaran riang
mencari celah tempat tuk bersandar
mengais mimpi yang terserak
dalam kesederhanaan cinta
sebelum rinai hujan
menceraiberaikan sekumpulan

budak zaman

hey... budak zaman...!!
cantikkah?
atau burukkah wajahmu?
mengacalah!

dan lihat parasmu
yang dicipta elok bak ratu
telah tersiram lumpur
noda-noda bersekutu
imbas masa yang melaju
mengubur sucinya wahyu
tinggal sepasang bola mata sayu
mengerjap..
menanyai bisu
menyesalkah?
entah...
hey... lihat...!!!
cermin terpingkal
menyaksikan ulahmu..

under estimate

di mana letaknya prasangka-prasangka
dari mana datangnya under estimate
melihat orang-orang terlalu baik
seperti malaikat bersayap putih yang menimpakan keberuntungan

tapi merasakan kepura-puraan
dari senyum yang terbias di kaca buram
berwarna-warni topeng
memperkaya warna-warna prasangka....
indera jadi sesak sempit

tak terhitung

terlalu banyak yang ada di luar sana
terlalu banyak untuk melihat dan merasa
terlalu banyak untuk dirangkai menjadi sebuah cerita
sering yang terdengar hanya cerita derita
yang mungkin dianggap dongeng-dongeng pengantar tidur saja
sudahlah...
apa mungkin dunia sudah lelah?

untitled

sering...
apa yang terpikirkan jadi tak terbaca
terkungkung disudut ketololan
jadi onggokan
pun tak minta dipeduli
biar saja hilang...
pergi...
mati...

insomnia

sunyi..
karena semua sudah menyepi diantara mimpi
bising..
tinggal deru kipas angin
dingin mencampur peluh yang tak lagi bersemayam di bawah pori
malam sudah terlalu lama
untuk sekedar memejamkan mata
tapi mimpi tak jua mengajak wisata maya
hembusan dingin pun masih..
sampai pagi 'membangunkan'ku
dengan setengah sayu
dan kulit mata menghitam..

Ngaliyan Raya

lorong-lorong lalu telah hilang
berganti jalanan keras nan luas
hingga rongga pencari udara bisa bebas bernafas
sekaligus menahan nafas
sesak
diguyur polusi

membisu

lama menanti
tak terpikir mau apa lagi
hanya tersisa uneg-uneg kosong
memenuhi jaringan kepala yang kosong pula
bingung apa yang harus dikata
apa yang harus dilakukan
apa harus duduk diam?
tampaknya hanya menambah keterpurukan
seakan dunia hanya tempat berkumpulnya kebosanan
tercampur aduk menjadi masalah-masalah
yang membuat hidup bagai sia-sia
apa mau mati saja?
entahlah...
siapa yang bodoh?

ketika sore........

sore membawa langkah ini pergi
melanjutkan menit-menit yang melamun
merayap begitu saja
tanpa disadari,hilang sudah..
sore tetap mengajak berlari
mencari makna sebelum malam terbaca
entah kenapa langit serasa ingin cepat tidur
dan merasakan menit-menit yang lengang
meredup.....
menutup sore ini...