Si Hitam Putih Udah Nyampe Rumah...

Alhamdulillah, tiga kali berturut-turut ikutan Gaphe’s Giveaway, akhirnya giveaway yang terakhir nyangkut nama saya juga. Jadi salah satu pemenang utama lagi... Cihuyyyyy!!!!!

Dan rabu pagi kemaren, paketan giveaway itu udah nyampe dengan selamat ke rumah saya, langsung saya terima sendiri karena kebetulan waktu itu saya lagi ngejogrok di rumah aja.... liburan sehari aka libur isro’ mi’roj.

Isi paketannya sesuai dengan janji Gaphe selaku tuan rumah penyelenggara giveaway, yaitu Buku Hitam Putih yang dibubuhi tanda tangan pengarangnya, Mbak Rifka Nida Novalia, plus Pulpen yang kata Gaphe hasil ngembat dari hotel tempat dia nginep di Bali. Pulpennya unik, warna cover abu-abu tapi tintanya ijo... 

Satu hadiah lagi, yaitu ethnic belt yang unik banget... Sumpah saya suka....!!!! Gak pake nunggu lama, tadi pagi si ethnic belt udah saya pake melancong ke Semarang, menghadiri wisuda paman dan adek sepupu... yihaaaa.....

Ngomong ama siapa? yang diomongin apa? *absurd*

Kalo dulu pas saya review buku Hitam Putih masih agak-agak diragukan kevalidannya soalnya belom baca sendiri, nah kali ini saya akan ceritain dikit lagi tentang buku Hitam Putih yang udah bener-bener saya baca semua halamannya.

Kalo boleh jujur, isi Buku Hitam Putih jauh melebihi ekspektasi saya. Awalnya saya pikir Mbak Rifka cuma mau cerita soal pengalaman setiap harinya. Ya cerita, ya curhat. Sekedar berbagi atas apa yang telah ia lihat. Ya hanya sebatas itulah...

Tapi ternyata saya salah, sodara-sodara...! Buku ini sangat kaya akan pembelajaran. Yea, buku Hitam Putih memang bukan sebuah buku pelajaran. Tapi banyak sekali ilmu yang bisa dipetik dari sana. Sebuah perenungan dari kejadian-kejadian, yang tidak kita dapatkan di bangku sekolah maupun kuliah. Oh ya, selain catatan berbentuk prosa, Mbak Rifka juga nyelipin beberapa puisi karyanya lho...

Terus terang, saya kagum. Begitu pintarnya Mbak Rifka menceritakan hal-hal sederhana, yang saya yakin sebagian besar dari kita pernah mengalaminya, menjadi hal yang istimewa, dan sekali lagi patut untuk jadi bahan renungan, mengajak kita untuk lebih kritis, berempati pada sesama, dan bagaimana menyikapi hal-hal yang ada di sekitar kita dengan bijak. Banyak sekali yang luar biasa yang bisa kita temukan dari kisah-kisah sederhana itu.

Salah satu cerita favorit saya dalam buku ini berjudul Kue Kecil Untuk Si Acil. Diceritakan tentang pertemuan Mbak Rifka dengan dua pengamen cilik di sebuah kopaja. Dua pengamen cilik itu (eh tepatnya seorang saja, karena yang satunya masih balita dan digendong si pengamen cilik yang lebih besar), membagi-bagikan amplop kosong pada penumpang dan mulailah ia menyanyi.

Pengamen cilik yang kecil menangis, Mbak Rifka memberinya kue. Akhirnya ia terdiam. Beranjak keluar dari bus, tiba-tiba kue itu terjatuh. *Ah, kasihan...*

Ceritanya nyentuh banget. Kemampuan Mbak Rifka mengolah kata juga punya andil besar dalam mengaduk emosi pembaca. Perhatikan deh pilihan kata yang dipakai Mbak Rifka dibawah ini. Mbak Rifka nampaknya lagi pengen berpetualang dengan penggunaan kata yang berulang. Di situlah saya temukan keindahan yang sekaligus menjadi ‘jiwa’ dari apa yang ingin disampaikan pada pembaca.

"Yang kecil digendong, yang besar kerepotan karena harus menggendong, membagi-bagikan amplop kecil ke para penumpang, sambil harus menjaga keseimbangan."

"Yang besar menyanyi, entah apa yang ia nyanyikan. Yang kecil menangis, entah apa yang ia tangisi. Yang besar kerepotan, akhirnya ia menurunkan yang kecil., dibiarkannya berdiri sambil tetap menangis."

"Anak-anak sekecil itu... kue kecil itu..."

Ada banyak topik cerita yang bisa kita jumpai dalam Buku Hitam Putih. Dari mulai soal komitmen pernikahan, kecintaan pada pekerjaan, sampai tentang seorang ibu-ibu dalam angkot yang berlagak jadi hakim; sok tau. Salah satu (lagi) quote yang saya suka yang saya dapat dari buku ini, dan langsung saya tebali dengan stobilo :

"Syukur, bahwa kami tidak perlu hidup di jalan untuk mencari hidup, kami hanya melintasi jalan untuk hidup."

Kekurangan dari buku ini? Hmmm, hampir gak ada. Cuman ada dua halaman yang hilang yaitu halaman 17 dan 18. Halaman yang seharusnya malah diisi halaman 13 dan 14. Jadi ya 13 dan 14 dobel deh. Moga aja cuma saya yang mengalami ‘kecelakaan’ cetak itu, ya...

Akhirul kalam, thanks... thanks... and many thanks buat Gaphe dan Mbak Rifka for the gifts. And buat yang masih penasaran ama Buku Hitam Putih, silahkan beli dengan memesan langsung ama Mbak Rifka. Insya Allah, beli buku ini gak nyesel deh....