Rumah nenek, sebuah rumah berukuran lumayan besar berarsitektur Jawa kuno dengan empat tiang besar khas yang terbuat dari kayu jati menopang atap di ruang utama. Rumah nenek, sebuah rumah di desa yang dikelilingi oleh banyak pohon dan sungai mengalir di depannya, yang menyajikan keasrian tersendiri. Rumah nenek, sebuah rumah tempat saya bernaung, makan dan minum saat saya masih sekolah enam tahun lalu. Dulu, saya sangat senang tinggal di sana. Sungguh rumah yang ramai! Tentu saja di sana ada nenek, ada paman, tante, dan beberapa sepupu yang juga tinggal di sana. Selain itu, ada banyak santri yang mondok ngaji nyambi sekolah.
Tak ada yang istimewa dari rumah nenek, dan menurut saya tak ada pula aura seram di dalamnya. Selama bertahun-tahun saya tinggal di sana, saya tak pernah menemukan keganjilan-keganjilan. Namun ternyata banyak di antara mereka yang pernah tinggal atau sekedar mampir menemui hal-hal yang agak ataupun malah sangat menakutkan. Mau tahu? Let’s read it:
1. Adik saya, Fahmi, sedang sholat di musholla rumah, saat tiba-tiba muncul sosok absurd dan menjulurkan lidahnya di hadapan muka adik saya. “WEEEEKKK” kira-kira begitu makhluk itu seolah meledek.
2. Pada suatu tengah malam, Sepupu saya dek Ety, dan ibunya sedang asyik ngobrol. Tiba-tiba terdengar suara ketukan berkali-kali yang semakin lama semakin keras, padahal saat itu semua orang sudah tertidur pulas. Mereka berdua yang ketakutan spontan membaca Ayat Kursi. Saking takutnya, mereka ngebacanya sampe belepotan. Hahahaha, mungkin ‘makhluknya’ terganggu dengan suara berisik mereka kali ya.
3. Sepupu saya,Mbak Mayya, sedang melewati kamar E (salah satu kamar santri). Ia mendengar suara orang mendesis-desis padahal saat itu sedang tidak ada orang.
4. Nenek saya melongok ke arah musholla, dan melihat sosok kecil sholat di dalamnya. Awalnya, beliau mengira itu saya, atau sepupu saya Dek Nova yang memang mempunyai postur tubuh mungil. Tapi kami tidak merasa baru saja sholat tuh. Dan setiap orang yang ditanya tidak ada yang mengaku baru sholat di sana. Lalu siapa donkkk?????
5. Sepupu saya, Dek Nova, mengaku selalu merasa kaku-kaku dan tak bisa bangun jika dia tidur sejajar dengan salah satu tiang besar di rumah nenek. Salah satunya pada suatu hari, dia terbangun dan marah-marah sama saya. Saya yang waktu itu nonton TV di depannya Cuma terbengong-bengong gak ngerti. Dia marah karena dia merasa berteriak-teriak meminta tolong sama saya. Padahal saya tak mendengar dia bicara sama-sekali.
6. Saudara jauh saya, Alfun, suatu ketika berkunjung ke rumah nenek. Ia sedang menonton televisi sendirian ketika tiba-tiba sesosok makhluk berwujud gadis cantik berbaju putih tiba-tiba nongol di depannya. Tubuh makhluk itu semakin besar dan membesar, lalu sekejap ia pergi melalui jendela. Wow, tak bisa saya bayangkan andai saya saat itu menjadi si Alfun.
7. Nah, kalo penampakan yang satu ini malah secara tak langsung melibatkan santri sepondok putri yang waktu itu berjumlah 70an. Salah satu cara meramaikan acara Maulid Nabi adalah dengan diadakan lomba-lomba perkamar di pondok. Saya masih ingat saat itu adalah malam jum’at. Kami mengadakan lomba ‘Tebak Jodoh’ di musholla pondok putri. Peserta lomba diambil perkamar masing-masing diwakili oleh sepasang santri yang ditutup kadua matanya. Lalu semua peserta diacak dan mereka diharuskan mencari pasangan mereka dengan mata tertutup. Yeah, betapa gaduhnya malam itu. Para supporter berteriak-teriak dari luar musholla. Tak lupa juga momen itu diabadikan oleh seksi pemfotoan (haha, fotografer maksudnya). Nach, ketika foto itu sudah cetak dan di pajang di majalah dinding pondok, semuanya shock!!! Di dalam foto itu muncul sesosok besar manusia yang mengenakan mukena putih dengan posisi membelakangi kamera. Kami mencoba positive thinking menganggap kalo itu mungkin hanya kesalahan cetak. Tapi salah satu guru saya yang konon mempunyai ilmu ma’rifat diperlihatkan foto itu, dan beliau menyatakan kalau penampakan di dalam foto itu memang asli. Katanya jin peliharaan almarhum kakek saya. Huaaaaaaaaaaa!!!!!
Hrrr,,,, nulis cerita ini saya jadi merinding sendiri. Well, terlepas dari kesan angker rumah nenek saya, yang perlu digaris bawahi adalah kita para umat manusia hidup di dunia ini memang tak sendirian. ‘Mereka yang lain’ ada disekitar kita. Hanya saja kita yang tak melihat mereka dengan kasat mata (kecuali ‘mereka’ mampu dan mau menampakkan tanda dan wujud mereka seperti kasus-kasus yang telah saya ceritakan di atas). Wallahu a’lam....
0 komentar:
Posting Komentar