Bus, kendaraan umum yang gak terpisahkan dari saya. Mungkin bagi sebagian orang males banget naik bus karena sumpek, panas, banyak pengamen dan rawan kriminalitas. Hoho emang sih, tapi bagi saya yang gak betah naik motor lama-lama, bus emang jadi alternatif pilihan. Saya berani naik bus sendiri sejak umur 12 tahun. Waktu itu naik bus jurusan Pati-Kudus. Dari sana saya banyak bertemu berbagai macam orang, banyak kejadian yang saya temui, yang nyenengin, yang njengkelin… mngkin banyak njengkelinnya, tapi tetap gak membuat saya kapok nguber kendaraan yang satu ini karena banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapet: melihat realitas kehidupan dan berlatih sabar.
ini adalah gambar bus (bagi yang belum tau apa itu bus) |
1. Dulu waktu awal saya di Semarang, saya mengira semua bus pasti bermuara di terminal Terboyo. Tanpa tanya-tanya lebih dulu, Dari kampus IAIN Walisongo, saya dengan pedenya naik bus Damri Ngaliyan-Pucang Gading. Walhasil, saya mentok sampai Pucang Gading dan baru saya tahu kalau bus ini tidak transit di Semarang. Huffff,,,cape deh! Padahal hari sudah sore dan saya harus segera pulang ke Kudus.
2. Waktu mau main ke rumah teman di Kendal, saya pernah ditipu dan ditelantarkan kernet bus. Waktu mau naik bus, saya tanya apa bus ini lewat daerah Brangsong? Si kernet bilang iya. Lalu saya naik. Tak berapa lama si kernet memanggil saya dan mengatakan sudah sampai. Saya turun dari bus. Saya clingak-clinguk,akhirnya saya sadar saya tidak diturunin di Brangsong karena ternyata bus itu tidak lewat Brangsong. Sialnya, saya diturunin di Karanganyar. Dan masih lebih dari separuh perjalanan menuju Brangsong. Dasar kernet kurang ajar ya! Nyari duit mpe tega nipu penumpang kayak gitu. Sabar,,,sabar,,,
3. Saya trauma ‘cuek’ sama harta benda saya selama berada di bus. Gara-gara kurang hati-hati, dompet saya dicopet orang di dalam bus Terboyo-Ngaliyan. Dompet raib bersama uang tiga ratus ribu, KTM, KTP, dan lain-lainnya.
4. Jangan menilai kacang dari kulitnya. Jangan mudah percaya sama penampilan luar orang yang belum kita kenal. Suatu hari waktu perjalanan ke Kudus, saya duduk satu jok dengan pria berjubah yang kelihatannya alim. Penampilannya persis kayak anggota FPI atau orang-orang arab, lengkap dengan jenggotnya. Ia mulai berbicara dan mengenalkan dirinya sebagai penjual parfum arab (saya memang melihat ia membawa tas besar berisi parfum). Ia mengaku bisa mendeteksi penyakit lewat pijatan di telapak tangan. Lalu ia menawarkan untuk mendeteksi penyakit saya dengan memijat telapak tangan saya. Awalnya saya percaya karena beberapa prediksi tentang penyakit yang sering mampir ke tubuh saya benar. Tapi beberapa waktu kemudian ia memijit tangan saya tapi tangan saya diarahkan ke (maaf) alat kelaminnya.kayak mau disuruh gosok-gosokin dari luar. huaaaaaaaaaaaa,,,,untung gak kena. tanpa basa-basi saya langsung pindah tempat duduk. Masih untung dia gak saya laporin polisi!!!! Sejak itu saya jadi jutek sama semua orang asing di dalam bus, kecuali sama ibu-ibu.
5. Sekali lagi, jangan menilai orang dari luarnya. Waktu perjalanan ke Ngaliyan, saya naik bus jurusan Kendal. Saya sempat ragu apa bis ini lewat swalayan ADA Siliwangi atau tidak. saya satu tempat duduk sama orang yang mukanya preman dan dekil banget. Orang itu mencoba bicara sama saya tapi saya cuekin. Dia diam saja, mungkin sadar diri. Sampai kemudian saya iseng tanya apa bus ini lewat ADA? Ternyata dia dengan ramahnya menawarkan untuk menanyakan pada kernetnya…. Hufth, maafkan atas kecurigaan saya, tetep saja saya harus hati-hati sama orang asing.
6. Tiap mau naik bus dari Semarang ke Kudus, saya selalu menolak naik bus jurusan Kudus, Pati ataw Rembang. Karena bus tipe ini alamat lama transitnya dari terminal ke terminal. Bahkan tak jarang mengoperkan penumpang ke bus lain. Saya lebih suka naik bus jurusan Surabaya yang gak pake berhenti-berhenti. Tentu saja kalau saya ditanya orang: “mau ke mana mbak?” saya jawab: “mau ke Surabaya pak”. Kalo saya bilang jujur mau ke Kudus, saya pasti akan dipaksa naik bus Kudus yang lemotttt.
7. Saya lebih suka naik bus di samping sopir karena bebas paksaan pengamen dan relatif aman dari copet
8. Saat bus sedang sesak-sesaknya, alhamdulillah saya masih kebagian tempat duduk. Tapi saya harus ekstra sabar dengan penumpang yang berdiri di depan saya dengan ketiak tepat di muka saya. OMG!
0 komentar:
Posting Komentar