Halaman

Sepenggal Episode : Luka Itu... Hati Baru...


------Pada suatu ketika, di pertengahan dua ribu lima------

“Katamu kamu sedang gelisah?! Ada apa?”
Kemudian hening. Entah ia sedang menyendiri di ujung mana. Tak ada setitik suarapun yang mampu aku tangkap melalui handphoneku selain desah nafasnya.
“Ada hal yang sangat mengganjal. Aku pengen ngomongin ini ke kamu biar lega, dan rasa bersalahku sedikit berkurang...”
“Ya... Apa?”
“Mungkin ini akan menyakitimu... jadi baiknya aku ngomong apa tidak, ya?”
Aku diam, penasaran. Mendadak aku dicekam perasaan takut dan tidak siap, meski aku tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dia omongkan.
“Jadi gimana? Aku omongin sekarang, atau....?”
“Tidak usah! Aku tidak mau mendengar!” potongku. Entah kenapa rasa takut itu mendadak mengalahkan rasa penasaran yang justru sudah aku rasa sebelum rasa takut itu menyergap.
Daripada aku membohongi kamu terus-terusan....”
“Kita omongin aja kalo ketemu nanti!”
“Tapi aku pengen ngomong sekarang biar tidak ada beban lagi...”
“Loh, kok jadi maksa sih? Bukannya tadi kamu kasih pilihan ke aku, ‘ngomong apa tidak’? aku maunya ‘tidak’!”
Hening lagi.
“Baiklah, ngomong sekarang!”
Aku memejamkan mata, menajamkan telinga. Semoga pada kalimat inti nanti aku tidak mendadak jadi budeg. Semoga tidak ada kata ‘apa, coba ulangi...aku tidak dengar...’. Semoga aku tidak pingsan dengan handphone yang masih menyala di genggaman.
“Maaf, Say...”
“Kenapa minta maaf? Kamu salah apa sama aku?”
“Ternyata aku masih memikirkan dia...”
Akhirnya kalimat itu meluncur juga. Aku tidak perlu mencubit lenganku sendiri untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bermimpi. Nyatanya ini memang nyata.
Selama ini aku hanya mencintaimu setengah hati...” tambahnya. “Aku nyaman di dekatmu, Say. Tapi ketika kamu tidak di sisiku, dan dia lebih sering menampakkan wujudnya di depanku, aku makin tidak bisa melupakan dia...”
Sesak!
“Lalu? Sekarang mau kamu apa?”, tanyaku terbata. Aku lupa apa ada air mata yang mewakili rasa sesak itu. Aku benar-benar lupa!
“Sekarang up to you. Anggap saja ini lampu kuning. Cuma kamu yang bisa menentukan lampu itu akan jadi hijau atau merah... Kamu beri aku kesempatan kedua untuk mencoba sepenuhnya mencintaimu, atau kita berhenti sampai di sini...”
“Aku masih mencintaimu, kok...” bisikku lirih.
Bodoh? Mungkin! Entah kenapa aku masih memberinya kesempatan. Dan entah sampai kapan bayang-bayang seorang ‘dia’ akan terus menghantui kekasihku itu. Bahkan rasanya aku sudah kebal dengan rasa sakit, rasa cemburu, dan rasa-rasa lain yang tidak mengenakkan yang selalu dia torehkan.
“Baiklah. Terimakasih, ya!”
Kenapa aku jadi berfikir kalau dia tidak senang dengan keputusanku yang akhirnya memberi dia kesempatan untuk mencoba memperbaiki hubungan kami? Kenapa aku merasa kalo sebenarnya dia ingin lepas saja dariku? Atau dia takut menyakitiku lagi? Bah! Selama ini pun dia sudah terus-terusan menyakiti perasaanku!
****
Setelah percakapan lewat telepon itu, kami hanya dua kali bertemu. Setelah itu, hubungan kami benar-benar kandas. Tentu saja dia yang mutusin aku. Dan aku??? Hey, aku baik-baik saja kok. Aku bahkan tidak menangisi dia seperti layaknya abege yang putus cinta. Tidak sama sekali. Aku memang mencintainya dan aku sudah berusaha memperjuangkan cintaku sedemikian rupa. Jika akhirnya dia memilih menjauh, aku tidak akan menahannya. Biar dia pergi mencari kebahagiaan lain yang dia impikan. Aku tidak mau memaksa.

Aku memang sedikit terluka. Tapi nyatanya hanya perlu sekian hari untuk menyembuhkan luka itu, lalu membuka hati baru.
Kamu tahu? Karena aku tak pernah mau membebani perasaan dengan hal-hal sedih berkepanjangan.
Kamu tahu? Karena aku hanya ingin bahagia, membahagiakan diriku, dan berbagi kebahagiaan pada orang-orang di sekelilingku.

Kamu tahu? Tuhan selalu tahu apa dan siapa yang terbaik untukku, untukmu juga.
Kamu tahu? Ya semoga saja kamu tahu.



35 komentar:

Inggit Inggit Semut mengatakan...

Ih nyebelin bgt sih cowoknya, dari awal ngobrol di telepon tuh udah ketauan klw dia pengen 'bebas'. Kurang ajar. Tapi untunglah gak ada satu tetes air mata ya mbak.
Btw maaf mbak jarang main2 lg ke blog ini, soalnya jujur ya template mbak berat bgt, apalagi saya dari hp, jadi agak susah kalau baca postingan.

Aina mengatakan...

@Inggit : hihi...dan ternyata memang bebas dari dia sangat-sangat melegakan. hohoho.
masa berat sih templatenya? padahal aku buka ringan2 aja..hehe, maaf ya. kalo lewat hape kan bisa buka versi mobile-nya jauh lebih ringan :)

M. Hudatullah mengatakan...

strong girl like you deserves all the best in this life....

Have FUN!

Tiara Putri mengatakan...

yeah ... girls power Mbak Aina.

maaf OOT, fotonya bagus tapi jadi lucu dengan kehadiran bocah2 tersebut #malu

Aul Howler's Blog mengatakan...

Keep Spirit kak!

P.S.
Kalau butuh teroris telfon Aul
;-*

Aina mengatakan...

@Huda : pasti donk! :)

@Fiction : justru itu, kehadiran bocah-bocah kecil itu mewakili pernyataan bahwa aku tidak akan pernah sendirian...

Aina mengatakan...

@Aul : hoho... serem amat ni, Aul....

Saleho mengatakan...

ya tentu sedih gan bila tak jadian
berhari hari makan serasa hambar

Unknown mengatakan...

@Aul: pesen 1 bungkus XD
Ditunggu komentar baliknya www.ikhsan38.co.cc

Adryan Nurdien mengatakan...

cerita beneran nih?

hilsya mengatakan...

true story gini enaknya diceritain setelah bertahun-tahun kemudian ya.. kita bisa menertawakan diri sendiri.. :)

Gaphe mengatakan...

Nahlooo disuruh ngomong pertamanya susah, setelah ngomong kebenerannya malah bikin sesek.. hayoo salah siapa ini??..

hihihi... diambil hikmahnya, sakit hati lebih sakit daripada sakit gigi koq!
#Hasyaah

Arif Bayu Saputra mengatakan...

Wah cinta segitiga nih ceritanya, aku suka endingnya menguatkan orang yang bersedih & patah hati, memang semua peristiwa pasti ada hikmahnya & mendewasakan

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

komennya huda membuat aku merasa kalo ini nyata. semoga dugaanku salah. ghehehhehe... :p

Kang Sofyan mengatakan...

Cinta pertama memang sulit untuk dilupakan Kak,,tapi salut dah sama dia sudah jujur,,
Tuhan tau yang terbaik untuk makhlukNya,,,

Fairysha mengatakan...

saya suka ending yang seperti ini. 'ketegaran' dan penuh semangat menapaki hidup. Cinta bukan hanya untuk dia yang suka menebar pesona. Dan tak patut setetespun air mata untuknya. Jika sudah lepas, lepaslah... ^_^

Aina mengatakan...

@obat sakit : bukan jadian tapi putus...

@Nurdien : yes it's true...

@Hilsya : sekarang aja udah pengen ketawa en malu2 sendiri kalo inget...hoho

@Gaphe : salah Gapheeeeee.....!!!!!!!

@Bayoe : perasaan dia sendiri yang segitiga. padahal si cewe yang dia suka gak cinta ama dia looohhhhh

@Nuell : sayangnya ini memang kisah nyata...ihik...hahahaha

@Sofyan : bukan...bukan... aku rasa dia bukan cinta pertamaku... tapi obsesi yang gak sehat! hahaha

@Fairysha : betul...betul...betul....

yossyozy mengatakan...

hebaaaaaaaaaat deeeeeeeeeeeeeh! saluuuuuuuuuuuuut! :DDD ayoooo tetep semangat. cowo banyak kok hoho

dindasaurus mengatakan...

waaaw.ka aina pake ESIA ya kereeen.bisa mutusin di telpon dlm tempo wkt yg ga bentar//kira2 nyedot pulsa berapa yah #bakartokopulsa

Obat Sakit 2011 mengatakan...

lebih baik diungkapkan saja gan

Cikal ananda mengatakan...

Permisi.. kunjungan perdana nieh... ijin follow ya..

Unknown mengatakan...

betul. Tuhan tahu yg terbaik utk kita. tetap semangat tetap ceria...

ESSIP mengatakan...

kayaknya lagu ini cocok deh buat mbak Aina

Luka Yang Indah

r10 mengatakan...

ini pengalaman aina di tahun 2005 yah :D

Agnes Monica Via Youtube mengatakan...

strong girl like you deserves all the best in this life....Have FUN!

Lidya mengatakan...

cowok kaya gitu ga usah dideketin aja

Penghuni 60 mengatakan...

untuk apa kita hrs terlena?
toh wkt itu akan trs berjalan ke dpn, kalo kita cm terikat dgn masa lalu, masa yg lambat laun akan berlalu, kpn kita akan bs menyongsong masa dpn?

tetap melangkah, jgn tengok yg diblakang. karna masa dpnmu ada didpn.

Muhammad A Vip mengatakan...

ya, aku tahu. karena ini semua adalah permainan yang sudah kurencanakan sejak lama dan sudah kuduga akan seperti apa akhirnya.

niku mengatakan...

sok tuh cowok nya. bilang aja dari awal kan enak, pake bertele-tele segala..

syukurlah semua sudah baik sekarang mbak :)

Cikal ananda mengatakan...

Nieh cerita pribadi atau hanya fiktif??

yadiebaroos mengatakan...

sabar, masih banyak calon pasangan yang lebih baik lagi di dunia ini, tak perlu putus asa

Mas Kholiq mengatakan...

salam kenal sobat.....

Ummi Ubay mengatakan...

duhh aku bisa ngerasain kok gimana rasanya kayak gitu...
knapa harus dipertahankan?

Asop mengatakan...

Tapi... tapi... bukankah luka hati lebih susah sembuh ketimbang luka fisik?? :(

ngobrolndobol mengatakan...

Kamu tau? Karena aku menyikapinya dengan sederhana..., bukan?

Posting Komentar