Halaman

Sepiring Nasi

Ibuku fanatik sekali sama nasi. Kemana-mana harus ada nasi, harus makan nasi. Ya sarapan, ya makan siang, ya makan malam. Katanya tak ada makanan lain sebaik nasi, yang mengandung karbohidrat tinggi untuk memberi energi pada tubuh.

Ibu terlalu percaya sama nasi, sampai-sampai aku tak diijinkan makan mie instant sebagaimana teman-temanku sering melakukannya di rumah mereka.

“Boleh makan mie instant, tapi harus pakai nasi!”

Lagi-lagi nasi.

Aku hanya bisa menuruti kata-kata ibu tanpa banyak membantah. Kubawa semangkuk mie kuah dengan sepiring nasi. Seperti kebiasaanku yang sudah-sudah, aku selalu lebih menyukai makan di kamarku sendiri. Ibuku tahu itu.

Tapi tak ada yang tahu saat sepiring nasi itu kupindahkan ke kantong kresek hitam yang telah kusiapkan. Sekarang tinggal melemparkannya ke ayam tetangga.

4 komentar:

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

nih beneran ato cuman fiksi??? bingung nih.... tapi emang khas indonesia yang penggemar sejati nasi.

Aina mengatakan...

fiksi... tapi inspirasinya nyata dari ibukku yang maniak nasi... untung q ga nyampe buang ke ayam, paling diem2 balikin ke magicom...hehe

Evodis Parfume mengatakan...

kirain beneran di buang nasinya. untung ngga :)

nice template, nice blog :)

Aina mengatakan...

sayang banget donk kalo dibuang... hihi,tingkyu, jadi maluuuuu

Posting Komentar