Halaman

peri kecilku sedang menari

Peri kecilku sedang menari
Berputar-putar ia di atas ranjang kayu bertingkat yang sudah rapuh
Ia merasa seorang puteri
Dengan rok cokelat yang sudah terlalu tinggi
Sesekali ia menggangguku
Merusak sedikit rangkaian yang telah tersusun di otakku
Ia bertanya, “umurku delapan tahun?”
Kujawab tanpa menoleh ke arahnya, “tujuh tahun”
Sementara mataku masih menyetubuhi layar komputer
Ia kembali menari, menggumamkan lagu religi yang sedikit dihafal liriknya
“Kata ibu aku boleh haji kalau sudah lulus Tsanawi,,,”
Aku berhenti
Mengulur waktuku; mencoba menemu ulang apa yang baru kupikirkan, yang sejenak buyar
Entah apakah yang kudengar itu suatu harapan, pemberitahuan, atau pertanyaan
“hmmmmm....yahh...” responku
Ia diam, hanya menatap ke langit-langit kamar
Mungkin ia sedikit memaklumi kenapa aku tak begitu peduli
Tadi sore kubilang aku lagi kena sariawan
Parah, tiga biji di mulutku
Kataku, aku tak bisa bicara, sakit kalau makan
Jeda itu, ku lirik ia menggaruk kakinya, digigit nyamuk pasti.
Ku pegang tangannya, “jangan, nanti kakimu semakin banyak bekas lukanya”
Ia tersipu, menggeleng kecil
Dimainkan pita-pita kecil yang menggantung di roknya
Sementara dua jariku menggosok perlahan tungkai kaki yang katanya gatal;
Pengganti garukan, katanya dulu
Masih sempat saja ia gerakkan hidungnya
Hmmm,,Sepertinya kebiasaanku ditirunya
Dan masih dengan layar menyala di depanku
Kutarik-tarik rambutnya, berlagak kutemukan kutu-kutu raksasa
Kubunuh kutu-kutu itu dengan gemeretak gigiku, pura-pura
Ia tertawa, setengah mengantuk
menguap
Semenit kemudian ia terlelap
Menari dalam mimpi, mungkin


0 komentar:

Posting Komentar